Enterpreuner kondang Tantowi Yahya (49) mengatakan prospek lulusan SMK lebih bagus ketimbang lulusan SMA.”Bukan karena saya Ikon SMK saya lalu berbicara seperti ini. Tapi ini masih bisa dibuktikan. Di SMK,selain mendapat pendidikan sama seperti d SMA, siswa SMK juga mendapat bekal keterampilan untuk siap bekerja. Jadi mereka punya nilai plus,”katanya kepada Warta Kota, Sabtu(23/1).
Bila dulu SMK dipandang sebelah mata, menurut tantowi, kini justru sebaliknya. Saat ini, banyak orang tua tertarik untuk menyekolahkan anak nya ke SMK. Apalagi dewasa ini, lapangan kerja menuntut tenaga-tenaga kerja siap pakai. “Lulusan SMA cenderung meneruskan ke perguruan tinggi. Kuliah juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setelah lulus kuliah juga belum tentu bisa langsung kerja. Makanya saya bilang prospek SMK lebih bagus karena siswanya di didik menjadi tenaga kerja siap pakai. Istilahnya skill full,” urai kakak kandung Helmi Yahya.
Oleh karena itu, menurut Tantowi, SMK harus didukung semua pihak. Anggota Fraksi Partai Golkar(FPG) DPR ini juga berharap pemerintah, melalui kementrian pendidikan nasional, bisa membina SMK. “Program-program SMK harus benar-benar bisa link dan match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, kalau bisa disiapkan untuk mendukung pasar kerja luar negeri yang terampil, bukan hanya sebagai pembantu rumah tangga atau PRT,” Tandas bintang iklan layanan masyarakat SMK bisa ini.
Apa yang dikatakan Tantowi mirip dengan pendapat Direktur Pembinaan SMK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, kementrian pendidikan nasional (Kemendiknas), Joko Sutrisno. Menurut Joko, SMK bisa menjadi solusi menghadapi ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) atau perdagangan bebas As-SEAN-Cina yang sudah berlaku per 1 Januari 2010. “Jangan kita lawan produk China masuk, tetapi bagaimna memanfaatkan produk China untuk meningkatkan advantage melalui pengembangan SMK” katanya di sebuah kegiatan di Mataram, NTB, Sabtu (23/1), seperti di kutip Antara.
Masuknya produk China dinilai mengancam industri dalam negeri karena produk dalam negeri belum sepadan dengan produk dari negeri tirai bamboo tersebut.”Kita memang tidak bisa mengalahkan produk China terutama produk Manufactur. Kita masih perlu berguru ke negeri tersebut”, Ujarnya.
Namun kondisi tersebut juga bisa ditangkap sebagai kesempatan untuk menciptakan SMK sebagai solusi dalam menghadapi persaingan pasar bebas tersebut. Caranya adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar di luar negeri termasuk China. Kerjasama tersebut bisa bentuk perjanjian pembelian suku cadang atau bahan baku untuk kemudian dilakukan produksi barang jadinya di Indonesia dengan melibatkan SMK.
Dengan demikian, SMK bisa mengambil margin keuntungan dari mitra industrinya.”Model seperti ini akan coba kita terapkan sampai pada akhirnya SMK mampu memproduksi suku cadang atau bahan baku yang kita datangkan dari luar negri itu,”.
Sumber : Warta Kota